Jerami gandum merupakan limbah pertanian yang melimpah setelah proses panen, namun sering kali tidak dimanfaatkan secara optimal meskipun memiliki potensi besar sebagai sumber pakan ternak.
Serat kasar yang terkandung di dalamnya memang membuat jerami ini tampak kurang bernilai nutrisi, tetapi dengan pendekatan pengolahan yang tepat, kandungan tersebut dapat ditingkatkan dan dijadikan alternatif pakan yang ekonomis.
Ketersediaannya yang melimpah sepanjang tahun menjadikannya pilihan menarik untuk mengatasi keterbatasan pakan terutama pada musim kemarau, ketika hijauan segar sulit ditemukan.
Selain itu, penggunaan jerami gandum juga berperan dalam mengurangi limbah pertanian yang dapat mencemari lingkungan jika dibiarkan membusuk atau dibakar. Dengan potensi ini, jerami tidak hanya mampu menopang kebutuhan pakan ternak, tetapi juga mendukung sistem pertanian terpadu yang berkelanjutan dan ramah lingkungan.
Cara Mengolah Jerami Gandum sebagai Pakan Ternak
Mengolah jerami gandum agar layak dijadikan pakan ternak memerlukan serangkaian pendekatan teknis yang terencana dan sistematis.
Langkah-langkah ini tidak hanya bertujuan meningkatkan kualitas nutrisi jerami, tetapi juga untuk menjamin penerimaan dan efisiensi penggunaannya oleh hewan ternak dalam jangka panjang.
1. Fermentasi Jerami untuk Meningkatkan Kualitas Nutrisi
Fermentasi menjadi salah satu teknik paling efektif dalam meningkatkan nilai gizi jerami gandum yang secara alami miskin protein dan memiliki serat kasar tinggi.
Proses fermentasi melibatkan aktivitas mikroorganisme seperti bakteri asam laktat yang bekerja menguraikan komponen lignoselulosa kompleks pada jerami. Proses ini membuat struktur serat menjadi lebih lunak dan mudah dicerna oleh ternak, terutama ruminansia seperti sapi, kambing, dan domba.
Penambahan bahan fermentasi seperti dedak, molase, dan inokulan mikroba mempercepat pembusukan anaerobik yang terkontrol sehingga hasil akhir lebih stabil, tidak mudah rusak, dan dapat disimpan dalam waktu lama tanpa kehilangan mutu.
Penggunaan fermentasi tidak hanya mengubah jerami menjadi bahan pakan dengan kadar protein lebih tinggi, tetapi juga menekan populasi mikroorganisme patogen yang mungkin ada pada jerami mentah. Kelembaban jerami perlu dikontrol di kisaran 60–70% untuk menciptakan lingkungan optimal bagi pertumbuhan mikroba fermentatif.
Hasil fermentasi umumnya menghasilkan aroma asam yang disukai oleh ternak, memudahkan penerimaan dan adaptasi konsumsi.
Dengan perlakuan ini, jerami gandum menjadi bahan pakan yang hemat biaya namun tetap memenuhi standar kebutuhan nutrisi harian hewan. Penerapan metode fermentasi mampu mengubah jerami dari limbah tak bernilai menjadi sumber energi yang efisien.
2. Penggunaan Urea untuk Peningkatan Kandungan Protein
Amoniasi menggunakan urea merupakan teknik populer yang digunakan untuk meningkatkan kandungan protein kasar dalam jerami gandum secara signifikan.
Urea yang dicampurkan ke jerami akan mengalami proses hidrolisis membentuk amonia, yang kemudian akan memecah struktur serat kompleks pada jerami sehingga lebih mudah dicerna. Penambahan urea sebanyak 4% dari berat kering jerami dan pemberian kelembapan yang tepat menjadi kunci utama keberhasilan metode ini.
Proses berlangsung dalam kondisi anaerob selama 7 hingga 14 hari, tergantung pada suhu dan kelembaban lingkungan, serta tingkat pencampuran yang merata.
Keunggulan metode amoniasi tidak hanya pada peningkatan kandungan protein, tetapi juga pada peningkatan daya cerna dan konsumsi oleh hewan. Selain itu, proses ini turut menurunkan kadar lignin yang kerap menjadi penghambat dalam penyerapan nutrien oleh sistem pencernaan hewan ruminansia.
Setelah proses selesai, jerami perlu diangin-anginkan sebelum diberikan kepada ternak untuk menghilangkan bau amonia berlebih yang dapat mengganggu nafsu makan.
Dengan teknik ini, jerami gandum yang sebelumnya tidak bergizi kini mampu mendukung performa pertumbuhan dan produksi ternak secara nyata. Penggunaan urea menjadi solusi praktis yang sangat efisien untuk peternakan skala kecil maupun besar.
3. Pencacahan dan Penggilingan Jerami agar Lebih Mudah Dicerna
Jerami gandum yang diberikan secara utuh memiliki struktur yang kaku dan panjang, sehingga menyulitkan ternak dalam proses mengunyah dan mencerna.
Pencacahan atau penggilingan jerami menjadi potongan pendek sepanjang 2–5 cm akan memperbesar permukaan serat dan meningkatkan efisiensi fermentasi di dalam rumen.
Proses ini dapat dilakukan menggunakan chopper atau mesin pencacah yang kini tersedia dengan harga terjangkau bagi peternak. Penggilingan juga mengurangi selektivitas konsumsi pada hewan ternak, sehingga semua bagian jerami termanfaatkan secara merata dan tidak terbuang.
Manfaat pencacahan tidak hanya terletak pada kemudahan konsumsi oleh hewan, tetapi juga mendukung pencampuran bahan pakan lainnya dalam formulasi ransum yang seimbang.
Dalam sistem penggemukan atau penggembalaan intensif, pencacahan jerami juga membantu mempercepat laju konsumsi tanpa menimbulkan masalah pada pencernaan.
Penambahan suplemen atau konsentrat ke dalam jerami yang telah dicacah juga menjadi lebih mudah dan merata. Dengan demikian, teknik pencacahan meningkatkan utilisasi dan ketersediaan nutrisi secara keseluruhan. Penerapan langkah ini merupakan dasar penting dalam efisiensi pakan berbasis serat tinggi seperti jerami gandum.
4. Pencampuran dengan Hijauan dan Sumber Energi Lain
Mengombinasikan jerami gandum dengan hijauan berkualitas tinggi dan sumber energi tambahan sangat penting untuk menciptakan pakan yang seimbang secara nutrisi.
Jerami memiliki kadar protein yang rendah dan energi terbatas, sehingga pencampuran dengan bahan seperti leguminosa (lamtoro, indigofera, kaliandra) atau konsentrat (dedak padi, jagung giling) dapat menutupi kekurangan tersebut.
Pencampuran sebaiknya memperhatikan rasio bahan yang sesuai agar pakan tetap mudah dikonsumsi dan tidak menyebabkan gangguan pencernaan. Strategi pencampuran juga memungkinkan variasi diet yang lebih menarik bagi ternak, mencegah kejenuhan dan meningkatkan nafsu makan.
Manfaat pencampuran juga terletak pada peningkatan kualitas fermentasi di dalam rumen, karena bahan berprotein tinggi akan merangsang pertumbuhan mikroba rumen yang membantu pencernaan serat kasar.
Dengan kombinasi bahan yang tepat, nilai cerna total ransum dapat meningkat secara signifikan, berdampak langsung pada efisiensi pakan dan pertumbuhan hewan. Pencampuran ini juga mengoptimalkan penggunaan bahan lokal yang tersedia di sekitar peternakan, mengurangi ketergantungan pada pakan komersial yang mahal.
Melalui pendekatan ini, jerami gandum tidak lagi menjadi bahan pelengkap pasif, melainkan bagian integral dari sistem pakan yang terintegrasi. Teknik ini mencerminkan upaya penyusunan ransum berbasis lokal yang hemat dan berkelanjutan.
5. Penyimpanan yang Tepat agar Jerami Tetap Layak Konsumsi
Penyimpanan jerami gandum yang baik sangat berpengaruh terhadap kualitas dan daya tahannya sebagai pakan ternak. Jerami yang disimpan tanpa perlindungan akan mudah menyerap kelembaban dari udara, menyebabkan pertumbuhan jamur dan pembusukan yang merugikan.
Proses ini tidak hanya menurunkan nilai nutrisi, tetapi juga menimbulkan risiko kesehatan bagi hewan yang mengonsumsinya.
Oleh karena itu, penggunaan gudang tertutup, ventilasi yang memadai, dan pelapisan dengan plastik atau terpal tahan air menjadi elemen penting dalam manajemen penyimpanan jerami.
Sistem penyimpanan yang baik juga memungkinkan pengelolaan stok jerami secara lebih efisien, terutama saat panen melimpah untuk digunakan pada musim paceklik.
Peternak dapat menyesuaikan volume jerami yang disimpan berdasarkan proyeksi kebutuhan ternak selama bulan-bulan tanpa hijauan. Teknik pengikatan dan penyusunan jerami dalam bentuk bal atau gulungan juga membantu menghemat ruang dan memudahkan distribusi.
Penyimpanan yang optimal menjaga kestabilan kualitas jerami selama berbulan-bulan, menghindarkan kerugian akibat pemborosan dan kerusakan. Dengan metode ini, peternakan mampu menjaga kesinambungan suplai pakan secara konsisten.
Baca Juga : 9 Teknik Penyimpanan Benih Gandum agar Tetap Berkualitas





Tinggalkan komentar